TK Kemala Bhayangkari, Salah Satu Pilihan Terbaik di Kota Balikpapan.
Note: Dalam memilih sekolah, sesuaikan dengan karakteristik anak. Sekolah yang mahal belum tentu sesuai untuk sang buah hati.
Hai Mami Keceh ...
Kemarin siang, saya dan Aisyah ikut orang tua saya mendaftarkan sekolah kedua orang ponakkan saya, Sachio dan Aylin, sekalian saya ingin survey sekolahan buat Aisyah TK kelak.
Sekolah pilihan mereka adalah TK Kemala Bhayangkari yang berada di tengah kota Balikpapan itu loh, TK yang kawasannya luas banget. Kebetulan dulu saya dan adik saya (papanya Sachio dan Aylin) juga bersekolah di sana.
Sebenarnya lokasinya jauh dari tempat tinggal anak-anak itu. Memilih sekolah tersebut karena murah-meriah, kebetulan langsung masukkan dua orang anak, takut berat diongkos, heheheee, lagipula berada di tengah kota dan luas kawasannya, juga sudah tahu lulusannya seperti apa, yaa seperti saya dan papanya anak-anak itu (maksudnya sudah punya pengalaman bersekolah di sana), so far sih bagus saja.
Koridor TK. |
Sampai di kawasan TK, saya surprise banget, ternyata sekolah saya tersebut sudah banyak banget perkembangannya. Hanya sayangnya, dalam satu kelas bisa 20an anak, sehingga tentu sulit bagi para teacher untuk mengenali karakter muridnya satu persatu. Apalagi dibandingkan sekolah Aisyah sekarang yang dalam satu kelas hanya diisi oleh 8 murid toddler fruit dengan 1 teacher dan 2 teachers assistant. Di samping itu jam sekolahnya konon katanya dari hari Senin-Sabtu. Semoga ke depannya TK Kemala bisa lebih mempertimbangkan hal ini.
Permainan stimulasi di TK Kemala Bhayangkari ini lengkap banget, bahkan papan titian pun disediakan, rolling games ala Hamster pun ada, hall bermain perosotan pun ada (mungkin untuk antisipasi ketika hujan), di samping itu aneka sentra di sediakan seperti sentra perpustakaan, sentra berkebun, sentra UKS, mushola, dsb. Tidak heran jika TK Kemala Bhayangkari ini menjadi salah satu PAUD pilihan di Kota Balikpapan ini.
Koridor TK Kemala Bhayangkari Balikpapan. |
Playground Ruangan/Aula. |
Playground di Halamannya yang luas. |
Aisyah dan sepupu-sepupunya sedang bermain. |
Banyak wahana permainannya. |
Kayu Titian untuk melatih keseimbangan. |
Pondokan siswa untuk belajar di luar ruangan. |
Salah satu sudut TK. |
Kebun Siswa. |
Dekat dengan perpustakaan dan UKS. |
Permainan ketangkasan sekolah. |
Anak-anak asyik bermain. |
Lingkungan yang asri. |
Sentra Perpustakaan. |
Sentra berkebun, banyak burung dara dan merpati putihnya loh. |
Adem kan? |
TK yang paling asri. |
Juga ada UKS, buat berjaga-jaga jika ada yang sakit. Di samping UKS sepertinya mushola, saya sempat melihat arena wudhunya saja tapi lupa foto karena berada tepat di ujung koridor sekolah, kebetulan saya sambil jaga Aisyah dan para sepupu di arena outdoor playground, di siang hari yang terik.
UKS Sekolah. |
Hanya ada sedikit bidang yang membuat saya sedikit tidak sreg, yaitu pintu dari arena sekolah ke rumah pribadi yang mungkin milik penjaga sekolahan dibiarkan terbuka saja, dan keliatannya bisa lepas kontrol jika tidak ada cctv mengingat arena sekolah yang sangat luas. Tapi semoga para guru tetap dapat mengawasi semua anak muridnya. Karena kalau murid di sekolah adalah tanggung jawab guru.
Salah satu sudut TK, |
Pialanya banyak banget nih, masih ada 1 etalase piala lagi yang luput saya foto karena rempong dengan anak-anak yang berlarian sini-sana.
Etalase Piala. |
Tapi sekali lagi pemilihan sekolah anak-anak harus disesuaikan dengan karakter anaknya ya Bunda. Ada yang bisa dan berani menonjol di tengah murid yang membludak dalam 1 kelas, ada yang terlihat semakin tersisih karena tidak berani menonjolkan diri di tengah banyaknya anak lain yang beragam cerdasnya.
Saya sendiri termasuk salah satu anak yang tidak PeDe, namun berhubung SMPN 1 Balikpapan adalah sekolah yang terbaik di kota saya dan kebetulan NEM saya cukup (tidak kurang, tidak berlebihan, standard saja, wkwkwk), di samping itu sekolah negeri tentu lebih murah dari sekolah swasta, orang tua saya memasukkan saya ke sekolah tersebut, alhasil saya semakin terpuruk. Bukan hanya prestasi semakin di bawah (bukan terdepan loh), tapi juga jadi korban bully sebagian anak nakal di sekolahan, tiap hari di SMP yang saya rasakan hanya stres, tidak ada senang-senangnya sama sekali.
Dalam 1 kelas terdapat 48 murid (syukur alhamdulillah sudah tidak muat, kalau muat mungkin 50 murid), dengan 1 guru. Maksimal 1 pelajaran harus diserap masing-masing anak selama 2 jam sebelum berganti pelajaran lain. Kurikulum di Indonesia ini, mata pelajaran banyak banget, dan saya rasa benar kata Ayah Edy, tidak efektif untuk mencerdaskan bangsa. Tidak semua anak mau dan sanggup jadi profesor loh, hihihiihiii. Ada yang lebih suka menari, eh kurikulumnya hanya dapat 1 jam dalam seminggu buat ikut ekstra kurikuler menari. Tapi itu dulu, sudah hampir 20 tahun yang lalu. Semoga kurikulumnya sudah berbeda dengan jaman saya dulu.
Lulus SMP, saya terlempar ke SMA Patra Dharma karena NEM saya tidak cukup untuk masuk sekolah negeri nomor 1 di dekat rumah saya, padahal saat itu kondisi Ekonomi keluarga lagi gonjang-ganjing efek krismon yang ikut menimpa perusahaan papa saya. Tapi saya bersyukur banget, di SMA saya merasa jauh lebih lega karena kebetulan teman saya baik-baik. Paling tidak 1 kelas hanya berisi 31-33 murid, saya selalu masuk di kelas atas, hanya sekali terlempar ke kelas bawah, kemudian kelas 3 memilih IPS dan masuk IPS 1 (IPS ada 3 kelas, IPA hanya 1 kelas, dan Bahasa 1 kelas). Saya lebih suka pelajaran sejarah ketika itu dibandingkan dari fisika (mata pelajaran yang saya paling ngga demen).
Mengenai Aisyah, saya jadi fokus banget untuk memasukan Aisyah ke sekolah yang sungguh-sungguh cocok dengan kepribadiannya. Dia tipe feeling ekstrovert berdasarkan hasil STIFIn Finger Print nya, dimana sangat sensitif dan memerlukan pendampingan khusus maupun dukungan dari pihak luar seperti orang tuanya dan gurunya dalam hal belajar. Saya akui memang seperti itu berdasarkan hasil pengamatan saya, tentunya tidak sesuai jika masuk ke sekolah yang muridnya banyak dengan guru yang sedikit, apalagi jika gurunya hanya 1 orang.
Sebentar lagi dia break sekolah, sementara homeschooling aja deh sama saya, takut jenuh karena mengikuti sistem dan peraturan padat sejak balita sampai masuk SD, jadi mau saya kasih jarak untuk dia bernafas lega dulu.
Kemarin sempat melihat TK Kemala Bhayangkari, wah sekaligus saya nostalgia ke jaman TK, jaman cengeng, tiada hari tanpa nangis ketika saya di TK dulu. Sampai katanya Mami saya, ngga dapat ijazah TK karena kerjaannya nangis. Kepala Mami saya harus selalu nongol di jendela, jika tidak pasti nangis nyariin.
TK Kemala Bhayangkari ini arena sekolahannya sudah bagus banget, besar dan lengkap deh, tapi saya kurang tahu mengenai kurikulumnya karena kebetulan Mami saya yang langsung berbicara di ruang administrasi, lagipula orang tua kelahiran jaman duluuu banget kan kurang care dengan sistem pendidikan di TK, jadi pasti lupa nanya-nanya juga, padahal justru penting banget loh PAUD itu.
Suami saya sekalipun, pikirannya masih konvensional banget (baca: kolot), '"Kalau TK itu sembarang aja, nanti kuliah baru betul-betul." katanya. Padahal dasarnya anak kan pada usia dini, dimana kesempatan kita semua untuk menanamkan kebaikan, moral, mengenali karakternya sendiri, fokus pada minat dan bakatnya, dsb. Giliran cari TK kok malah yang sembarangan, tidak memperhatikan kualitas pengajar, lingkungan sosial, dan kurikulum yang diterapkan, heheheheee. Padahal kalau dia sudah kenal dengan minat dan bakatnya, insyaAllah ketika dewasa bisa fokus dan sukses, aamiin.
Mudah-mudahan TK Kemala Bhayangkari menerapkan kurikulum Sekolah Alam Ayah Edy yang di Singaraja - Bali ya? Hihihihiii, cocok kawasannya jadi sekolah alam, luas dan hijau.
Lama ngga ke sekolah ini, begitu menginjakkan kaki kok berasa ada kenangannya gitu, jadi tumbuh kembali rasa cintanya. Sayangnya belum sesuai dengan karakternya Aisyah untuk jadi pertimbangan sebelum menginjakkan kaki ke SD.
Beberapa dokumentasi Aisyah dan para sepupu ketika bermain di sana.
Duh banyak banget kenangan saya di sini. Masih sangat kuat terasa karena dulu Mami-mami di TK Bhayangkari angkatan 86 ini semuanya berteman akrab, bahkan ada klub arisan yang memungkinkan kami selalu bertemu satu sama lainnya, foto-foto bejibun deh di rumah seputaran TK ini. Saya sempat ulang tahun di sekolah dan sering mengundang teman ulang tahun di rumah juga soalnya.
Sachio dan Aylin jadi penerus di TK ini. Semoga sukses yaa anak-anakku sayang, jadi berlian di antara butiran debu. Tidak perlu ikut-ikutan teman, jadi diri kalian sendiri yaa Aisyah, Sachio, dan Aylin. Mmmuaaachhh.
0 comments