Homeschooling memetakan potensi anak
Halo,
Ketemu lagi dengan Mami Keceh ... jangan bosan-bosan yaa ... ^_*
Aisyah sudah liburan menjelang hari raya nih Moms, sekaligus memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi bermain di Paud. Awalnya merasa sayang banget karena Aisyah banyak sekali perkembangannya di Paud tersebut, disamping itu guru-gurunya baik-baik banget lagi. Orang tua murid pun asyik-asyik semua, teman-teman Aisyah juga ngga ada yang kasar-kasar baik dari segi bahasa maupun sikap. Lingkungannya kompeten untuk anak-anak usia dini yang mudah meniru. Bukan hanya Aisyah yang betah, tapi Maminya pun betah karena bagi ibu-ibu yang belum sepenuhnya tega meninggalkan buah hatinya, ada ruang tunggu khusus Moms yang dilengkapi wifi dan CCTV keadaan anak-anak di kelas. Satu kelas hanya berisi 10 murid. Ini recommended school dari saya (bagi para orang tua yang masih belum ada gambaran mengenai Homeschooling dan belum siapkan kurikulum yang tepat untuk buah hati). Langsung melakukan observation saja Moms di SBC Learning Center (Bubble Bee)
Yang membuat lebih 'merasa sayang' meninggalkan PAUD ini adalah tahun ajaran baru 2017/2018 SBC bekerja sama dengan Psikolog Dwita untuk pemetaan anak (kids mapping) dimana setiap anak yang bersekolah di sana akan dipantau perkembangannya dan dipetakan. Setiap anak itu kan cerdas Moms, ada yang terlihat bandel dan tidak suka belajar, di lingkungan orang tua yang hanya tau mengklasifikasikan pintar dan bodoh hanya dari segi akademis sehingga anak tersebut tidak bersinar, ibarat berlian yang tertutup oleh debu. Di situlah tugas Psikolog Dwita untuk melihat potensi sang anak dan memberi pencerahan kepada setiap orang tua yang sebagian pikirannya masih tertutup debu.
Psikolog Dwita tersebut juga memiliki PAUD di Kota Balikpapan, tapi beliau mengkhususkan untuk penanganan anak-anak autis karena autism di negara kita ini kurang mendapat perhatian khusus, tidak ada sekolah khusus untuk menangani anak autis seperti anak-anak Down Syndrom yang ada SLBnya. Beliau psikolog hebat, saya baru sekali mendengar seminar yang dibawakan olehnya, tapi sudah langsung tertarik. Bagi yang mau konsultasi dengan beliau bisa langsung ke Jasa Psikologi Clarinta
Nilai Aisyah di PAUD SBC mayoritas A (Always/Successful) loh, ngga ada D (Developing/keep trying) dan hanya beberapa yang mendapat O (Often/In Progress). Kalau O adalah kegiatan yang kadang-kadang mau atau bisa dilakukan, kadang-kadang tidak mau atau tidak bisa. Duh sayang banget kan? Heheheheee ... kalau lanjut ke pre school pasti lebih berkembang lagi nih Aisyah di SBC, sekaligus bisa minta dipetakan oleh Bunda Dwita. Hihihiii ...
Memang tujuan saya pertama memasukkan Aisyah ke sekolah ini adalah untuk mengisi waktu setahun sebelum memasukkannya ke Yamaha Music DoReMi Balikpapan karena di Balikpapan belum tersedia kelas Music Fantasy, yaitu untuk anak-anak usia 2 tahun, adanya hanya Music Wonderland untuk usia 3 tahun. Eh setelah sudah masuk sekolah kok malah jatuh cinta sama sekolahannya. ^_^
Bismillah deh ... katanya kan Ibu adalah guru pertama dan terbaik bagi anaknya, sedangkan rumah adalah sekolah terbaik. Ibu mana sih yang ngga ingin dapat sekolah terbaik tapi murah meriah untuk anaknya? Meskipun ada sedikit rasa tidak percaya diri, tetapi harus dicoba.
Saya begitu bersemangat dengan Homeschooling ini setelah mengikuti seminar Ayah Edy di Grand Jatra beberapa saat lalu. Tadinya gambaran saya tentang Homeschooling adalah sekolah di rumah dengan memanggil guru datang (seperti les-les begitu). Ternyata Homeschooling itu adalah sekolah yang kurikulumnya dan sistem belajarnya ditentukan oleh orang tua sendiri dengan tujuan agar anak mengetahui potensi dirinya dan tahu dengan benar apa cita-citanya. Tugas orang tua tentunya mengarahkan agar kelak dia fokus dengan tujuannya.
Seperti kata-katanya Albert Einstein, "Kalau kita menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, ia akan berpikir bahwa dirinya bodoh seumur hidupnya."
Sistem pendidikan di Indonesia masih kaku, semua anak dijejali dengan begitu banyak mata pelajaran. Yang tidak suka dengan matematika pun dipaksa harus mendapat nilai yang bagus, yang mendapat ranking terakhir di sekolah apalagi tidak naik kelas langsung dicap sebagai anak yang bodoh. Padahal anak yang dikatakan 'bodoh' itu bisa saja anak yang paling baik hatinya, paling bermoral, pandai menari, pandai bernyanyi, selalu menang ketika berdebat, dsb. Oleh orang tuanya, anak yang mendapatkan nilai jelek untuk pelajaran matematika atau fisika langsung mendapat kursus berhari-hari demi meningkatkan nilainya. Tetapi anak tersebut tetap tidak unggul dalam pelajaran matematika.
Saya bisa bercerita seperti ini karena berdasarkan pengalaman pribadi saya. Sejak saya SD bahkan sampai SMA hampir selalu ada guru datang ke rumah atau saya yang ke rumah sang guru demi mendapatkan les matematika. Meskipun begitu, nilai saya hanya 'sekedar naik kelas', tidak unggul sama sekali. Saya tidak pernah tertarik dengan yang namanya matematika, fisika, dan kimia. Saya baru bisa bernafas lega setelah duduk di kelas 3 SMA karena berhasil melepaskan beban pelajaran itu semua, saya mengambil jurusan IPS.
Ketika saya masuk SMP, betapa bangganya orang tua saya karena saya berhasil masuk di SMP negeri terbaik di Kota ini. Sayangnya saya tidak pernah duduk di kelas 'atas' (kelas anak-anak unggulan) di SMP tersebut, selalu berada di kelas bawah. Saya anak yang pemalu, minder tingkat tinggi, jangankan untuk menunjuk tangan demi menjawab pertanyaan guru, jika ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan saja, yang ada hati saya berdebar kencang ngga karuan dan langsung kosong isi otak saya.
Dalam 1 kelas ada 48 murid dengan 1 guru pengajar, setiap 2 jam sekali ganti pelajaran, 1 jam untuk istirahat, sekolah dari hari senin-sabtu sampai sore hari. Memiliki teman-teman yang sama sekali tidak bersahabat dengan saya, anak pendiam dan tidak bergaul seperti saya justru menjadi bahan bully dan olokan mereka.
Baru-baru ini saja saya bisa menerima kenyataan bahwa saya pernah bersekolah di sana, sebelumnya saya sempat mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa saya sama sekali tidak ingin mengingat jaman SMP. Saya hanya punya SD dan SMA yang keduanya adalah sekolah swasta. Hanya sekali saya masuk ke sekolah negeri dan itupun langsung menjadi mimpi buruk bagi saya. Setiap anak berbeda yaa Moms, mungkin bagi anak lain bukanlah mimpi buruk, tapi bagi saya itu buruk sekali, saya sama sekali tidak bahagia, ke sekolah bagai ke neraka bagi saya.
Anak yang unggul dalam bidang matematika di sekolah, justru tidak dikursuskan matematika lagi oleh orang tuanya karena merasa sudah cukup bisa ranking di sekolahnya. Kelak kuliah terserah mau jadi dokter kah, jadi notaris kah, jadi pengacara kah, jadi psikolog kah, ... yang penting kuliah dan kalau lulus bisa menghasilkan duit saja, tanpa pernah melakukan pemetaan terhadap sang anak.
Tugas orang tua memang berat, terutama ibu. Sebenarnya seperti yang dikatakan Bunda Dwita bahwa orang tua adalah ibu dan ayah, tetapi suami saya lebih tertarik dengan ilmu computer daripada dengan ilmu parenting dan saya sebagai istri merasa gagal untuk memaksanya.
Daddynya Aisyah adalah orang yang sama sekali tidak bisa dipaksa. Jika saya memaksa, jatuhnya justru berantem dan itu sering sekali terjadi. Ketidak-cocokan antara kami sudah terlihat jelas sejak awal kami menikah, bahkan dia bukan tipikal orang yang bisa memberi dukungan moril kepada istrinya yang sedang hamil. Istri pendarahan dan opname di rumah sakit malah ngomel terus karena tidak bisa pergi kerja untuk mencari uang (kami berdikari).
Berhubung Aisyah lebih sering bersama saya juga, ya sudahlah, saya berusaha menjadi yang terbaik buat dia, meskipun ketika ayahnya datang seringkali merusak sistem yang saya buat. Dia selalu menjadi pahlawan kesiangan. Oleh karena itu harus merasa beruntunglah Mommies yang punya suami mendukung 100% dalam hal pengasuhan terhadap sang buah hati, karena sangat langka loh Daddy semacam itu. Bisa dilihat dari seminar parenting, ada berapa ayah yang terlibat di dalamnya? Syukur-syukur sampai 10 ayah dari 40 ibu. Heheheee ... dan tentunya mereka adalah ayah yang luar biasa.
Mulai bulan July ini, Aisyah masuk Term 1 bersama saya, tahun ajaran baru Homeschooling. Agar lebih terarah, saya sudah bikin kurikulum dan jadualnya dari sekarang. Bulan July kan tinggal menghitung hari.
Bagi Mommy yang belum begitu familiar dengan Homeschooling ini, saya bisa memberikan gambaran. Terlebih dahulu yang perlu Mommy tentukan adalah tujuan (target). Mommy ingin memberitahu/mengenalkan apa sih terhadap dia? Misalnya saja Moms ingin agar dia mengenal angka 1 sampai 10, maka dalam permainan-permainan yang Moms ciptakan adalah yang berkaitan dengan angka tersebut. Jangan lupa sambil diperhatikan ketertarikannya ya Moms. Saat Moms bercerita apakah dia menyukainya, cerita apakah yang dia suka, apakah dia mampu mengulang cerita yang baru saja dikisahkan oleh Moms, dsb. Saat dia bertanya juga dianalisa ya Mom, pertanyaan apa saja yang sering ia lontarkan. Kalau dia hobbynya menonton film pun, harus dilihat ya Moms, film apa yang ia sukai, mengapa ia menyukai film tersebut, dsb. Menari pun harus diperhatikan, dia sukanya gerakan yang seperti apa sih. Nah hasil catatan kita mengenai anak tersebutlah yang bisa dipetakan. Setiap 3 bulan itu Moms buat report tentang anak yang ditujukan untuk diri sendiri dan Daddynya.
Kalau Moms kesulitan dalam memetakan anak, bisa dibantu sama web ini yaa Moms dalam hal ketertarikan sang buah hati: Smart Strength Finder Tools
Jangan lupa untuk melakukannya setiap tiga bulan, karena anak terus berkembang dan berubah. Perhatikan, mana yang konsisten ada pada dirinya.
Berikut ini ada jadual yang sudah saya buat untuk sekolahnya Aisyah di rumah. Tapi saya selipin sedikit saja ya, agar tidak terpaku pada jadual yang saya buat untuk anak saya. Mommy harus pandai-pandai berkreasi demi buah hatinya. Harus jelas dan fokus pada tujuan ya Moms. Pada bulan July ini saya bermaksud pemanasan dulu terhadap anak saya, karena baru dimulai sekolahnya, nah bulan berikutnya mulai terarah, tetapi saya menyusunnya sudah mulai dari sekarang agar tidak kesulitan mengumpulkan persiapannya pas kelasnya dimulai.
Jadi jangan ada yang bilang lagi yaa Moms, "Di Kota saya belum ada Homeschooling nih." atau malah ada yang bertanya, "Homeschooling di Balikpapan dimana sih?".
Heheheee... dulu saya pun tidak mengerti, tetapi karena banyak membaca dan ikut seminar parenting, saya menjadi tahu dan tertarik untuk ikut terjun di dalamnya.
Yuks Moms, kita terapkan Homeschooling di rumah kita masing-masing, karena untuk anak ada 2 hal yang mesti kita bentuk, yaitu 'Berperilaku Cerdas' dan 'Cerdas Berperilaku'.
Semoga tulisan saya bisa menginspirasi para Mommy.
Semangat yaa Mommies. ^_^
2 comments
wah sangat menginspirasi, makasih mom
BalasHapusThank you Mom sudah mampir. Silakan Mom kalau mau sharing juga. 😊☺
Hapus