Pertama kali ke dokter gigi anak (di Balikpapan)
Ide pergi ke dokter gigi anak tercetus ketika ponakkan saya mengalami sakit gigi yang sangat parah. Tetapi malang sekali karena dia merasakannya seminggu menjelang hari raya Idul Fitri, dimana para dokter mengambil cuti guna menyambut hari raya.
Sebelumnya kami sudah melakukan pencarian nama-nama dan tempat praktek dokter gigi anak di Kota Balikpapan, kemudian menemukan nama drg Evi yang beralamatkan di Wika. Namun ketika mami saya berkunjung ke sana membawa Sachio, ponakkan saya tersebut, rumahnya kosong, sehingga mencoba mencari alternatif lainnya.
Kami menemukan nama drg Helsa yang mana spesialis gigi anak recommended juga di Kota Balikpapan, dan alhamdulillah praktek di klinik dekat rumah saya. Saya memutuskan untuk ikut memeriksakan gigi Aisyah sekalian.
Sayang banget, suster yang bertugas mengatakan bahwa 'kemarin' adalah jadual drg Helsa praktek, bukan dikarenakan sedang cuti menjelang hari raya, melainkan karena sang dokter pindah ke Jakarta. Wah tambah sedikit yaa dokter gigi anak di Kota Balikpapan ku tercinta ini. Heheheee...
Kembali deh kami berkutat dengan mbah google dan menemukan nama drg Evi lagi yang sempat praktek di Panacea Clinic. Kebetulan dekat rumah juga nih, kenapa ngga sekalian mampir yaa kan pikir kami, yang tujuannya untuk menanyakan tempat praktek drg Evi sekarang, dan informasi yang didapatkan tetap sama bahwa drg Evi praktek di rumahnya.
Akhirnya kesimpulan yang diambil adalah tidak adanya dokter praktek menjelang hari raya, sehingga mengikuti saran apoteker untuk memberi Sachio obat penahan rasa sakit terlebih dahulu sampai seusai lebaran baru mulai mencari dokter gigi anak lagi. Kami tidak ingin memaksakan anak untuk ditangani oleh drg gigi umum karena bukan spesialisnya, sedangkan ini adalah 'first time' bagi anak-anak kami. Tentu membutuhkan dokter yang ekstra sabar untuk menghadapi mereka.
Pada perselancaran kami di dunia maya, kami pun menemukan nama drg Endah sebagai salah satu dokter gigi spesialis anak di kota kami. Nama dokter Endah lumayan jarang disebut pada forum diskusi emak-emak di dunia maya sehingga merupakan keberuntungan kami bisa berjodoh dengan namanya. Tidak tahu juga, sebenarnya ada berapa dokter spesialis gigi anak sih di Balikpapan? Kok susah banget dicari, heheheee.
Informasi yang saya temukan adalah beliau praktek di Ibnu Sina Rapak setiap hari Senin dan Jumat mulai pukul 16:00 WITA, serta di RS Hermina yang baru beroperasi di Kota Balikpapan setiap hari Sabtu jam 10 pagi dan Rabu pada jam 16:00 WITA.
Seusai Idul Fitri, tepat hari Sabtu tanggal 01 Juli kami langsung meluncur ke RS Hermina untuk mencari drg Endah, namun lagi-lagi belum berjodoh karena sang dokter masih cuti sampai tanggal 3 Juli. Ketika itu kami pun schedule untuk datang kembali pada hari Rabu tanggal 05 Juli ke RS Hermina.
Tibalah pada hari ini (5 Juli), alhamdulillah berjodoh dengan dokternya, beliau sudah mulai praktek, Aisyah dapat antrian ke 4 dan Sachio ke 5 (lumayan lama juga menunggu antriannya, namanya saja ke dokter gigi, heheheee), tapi berhubung Sachio yang sakit gigi, saya meminta agar Sachio diperiksa terlebih dahulu.
Bergaya dulu. |
Menimbang badan. |
Sikap anak-anak ini di luar dugaan semua, pada tabah dan berani berhadapan dengan dokter gigi. Beda banget sama saya dulu, kata mami saya. Konon dulu, setiap ke dokter gigi, saya susah banget disuruh mangap, syukur-syukur ngga ngamuk. Sepertinya dulu belum ada dokter spesialis gigi anak sehingga dokter andalan mami saya untuk saya adalah dokter Musdjiono yang mana rekomendasi oleh orang-orang Total. Papa saya dulu adalah kontraktor Total. Ada pula dokter Diah, langganan saya, tetapi waktu masih anak-anak banget sih keseringan dibawa ke dokter Mus.
Dokter Mus baik orangnya, hanya saja saya keseringan disuruh pulang karena tidak mau membuka mulut. Lagipula pasien beliau ini banyak sekali, ribet kalau hadapin satu anak yang rewel, hihihihiii, dia kan bukan spesialis gigi anak yang harus ektra sabar merayu si anak untuk membuka mulut. Sampai sekarang pun kalau ngantri periksa gigi di dia bisa membuat saya nyaris ketiduran sangking banyak dan lamanya antrian, heheheee.
Drg Endah juga baik dan sabar orangnya, cocoklah menjadi dokter gigi spesialis anak-anak. Sachio pun berani membuka mulut dan berhadapan dengan perlengkapan sang dokter yang biasanya dinilai horror oleh anak-anak. Padahal biasanya Sachio selalu menolak berhadapan dengan dokter loh, mungkin juga karena sakit gigi yang tak tertahankan membuat dia menjadi lebih berani. Kasian banget, seperti waktu opname karena lemes, muntah-muntah dan ngga mau makan akibat radang tenggorokan, biasanya mengamuk ketika mau diinfus, namun kali itu pasrah.
Ponakkanku agak takut. |
Kalau Aisyah tidak usah ditanya lagi, dia anak yang selalu penasaran dan ingin mencoba dengan hal apapun juga. Waktu dia awal masuk sekolah dan masih cengeng karena terlalu khawatir berpisah lama dari saya, begitu ada badut yang datang sebulan sekali ke sekolahnya, ketika anak lain menangis karena takut, Aisyah justru terus mencari perhatian dan meminta bersalaman dengan sang badut. Ketika pergi excursion bersama teman-temannya ke kantor pemadam kebakaran, Aisyah justru terus mendekat demo sang fireman agar diajak serta memegang selang pemadam kebakarannya. Duh jadi kangen memasukkan Aisyah ke paud lagi, hihihihiii, tapi mantapkan diri untuk fokus pada Homeschooling dulu deh. Sosialisasi masuk dalam kurikulum sekolah saya untuk Aisyah juga kok.
Anakku yang unik. |
Selalu pengen mencoba. |
Naik ferry dulu yaa? |
Mau kemana kita? |
Dia sudah tidak sabar. |
Setelah Sachio selesai diperiksa, tanpa aba-aba Aisyah pun langsung duduk di kursi pasien dengan beraninya.
Dia sudah tidak sabar. |
Menunggu dokter sterilkan alat. |
Dia periksa gigi. |
Kata sang dokter, gigi Aisyah masih bagus ... alhamdulillah ... hanya ada sedikit karang gigi dan gigi depan yang mulai terkikis (ada jarak satu dengan lainnya), sehingga tadi hanya diajarkan oleh dokter untuk gosok gigi ... tapi pasta giginya khusus yang diberikan oleh dokter yaitu kalsium gigi. Kata sang dokter kalau bisa kontrol kembali dua minggu lagi. Selesai berobat, anak-anak diberi souvenir loh oleh dokternya sebagai apresiasi atas keberanian mereka.
Saya juga sempat bertanya mengenai pemilihan pasta gigi saya apakah sudah benar yaitu Baby Organic toothpaste by Jack and Jill ... alhamdulillah sudah tepat karena aman jika tertelan.
Selama ini Aisyah tidak saya pakaikan pasta gigi ketika menyikat gigi. Itupun karena dulu sempat menonton tayangan Dr Oz di TV yang menyatakan bahwa perlu ektra hati-hati memilah pasta gigi untuk anak dibawah usia 8 tahun, tidak boleh yang mengandung fluoride.
Nah, baru-baru ini, Aisyah ribut minta pasta gigi saya ketika saya menggosok gigi dengan pasta dan dia tidak. Dia terus merengek setiap moment sikat gigi tiba sehingga saya mulai browsing pasta gigi yang aman dan tanpa kimia berbahaya di supermarket, dan rata-rata pasti mengandung fluoride meski sedikit atau malah kelompok paraben yang sempat saya ketahui sangat berbahaya untuk anak-anak.
Saya lanjutkan saja dengan browsing di Mbah Google yang biasanya serba tahu (kayak lambe turah, tante rempong, dkk di intragram aja serba tahu, hahahaaa, tapi tahu rumpi doank kalau itu), nah ternyata kimia berbahaya yang sebaiknya tidak ada pada pasta gigi anak itu banyak loh, alhamdulillah diberi petunjuk oleh Allah SWT.
Pasta gigi anak, aman jika tertelan. |
Barusan tanya pada drg Endah, ternyata pasta gigi tersebut bisa didapatkan di Mothercare juga. Ntar kalau sudah habis, cuzz ke mothercare kalau begitu. Tapi pasti lama habisnya, meskipun sedikit saja isinya, tapi kan anak-anak hanya membutuhkan pasta gigi seukuran biji jagung setiap menyikat gigi.
Trus tadi dapat pesan juga dari Dokter Endah kalau sebaiknya anak-anak lepas dari dot agar giginya tidak rusak, karena minum melalui dot bukan hanya membuat susunan gigi tidak rapi melainkan juga bisa membuat karies pada gigi, apalagi minum susu melalui dot itu kan biasanya sambil tidur.
Duh Aisyah kalau minum susu selalu mencari botol dot untuk minum sambil baring (tidur-tiduran), lihat saja bibirnya jadi seksi gitu, heheheheee. Ini jadi PR bagi saya kalau begitu. Bagaimana ya bisa menyapih dia dari botol susu? Takutnya malah kayak adik saya dulu (papanya Sachio dan Aylin), yang langsung berhenti minum susu sejak dikondisikan berhenti ngedot.
Kalau permen dan coklat sih sudah biasa kita dengar dapat merusak gigi, minuman soda pun sama sekali belum saya berikan pada Aisyah karena takut merusak giginya, snack pun mulai saya batasi karena khawatir dengan giginya (karena salah satu snack yang saya konsumsi pernah menyebabkan gigi saya ngilu, sejak saat itu saya ambil kesimpulan bahwa snack juga bisa menjadi salah satu penyebab gigi rusak), ... nah ternyata ada lagi, minuman kemasan (soft drink) yang tidak bersoda pun ternyata bisa menyebabkan gigi rusak karena mengandung glucosa yang tinggi kadarnya dan pengawet. Rata-rata makanan kita sekarang membawa banyak ketidak-beruntungan ya, terutama pada kesehatan tubuh dan gigi. Memang harus menerapkan pola hidup sehat nih mulai sekarang.
Gigi saya rusak sejak kecil, oleh karena itulah saya khawatir sekali dengan kesehatan gigi Aisyah. Padahal waktu saya kecil, sudah sangat diusahakan oleh papa dan mami agar kesehatan gigi saya tidak terganggu, tapi apa daya waktu masih balita sudah opname di RS karena kerumut dan banyak minum antibiotika sehingga warna gigi berubah menjadi kuning, ditambah gen dari papa saya yang giginya rapuh, sampai akhirnya dimintakan vitamin gigi dan diberikan fluocaril oleh Dokter Mus ... tapi yang namanya nasib, tidak juga bisa membuat gigi saya lebih kuat.
Masih SMP saja gigi depan bisa patah sendiri. Ditambal dan terlihat sompel, cukup membuat minder, sampai saya lulus kuliah dan kerja sehingga bisa mendapatkan uang sendiri barulah saya bisa memasang jacket crown pada gigi saya atas keinginan saya sendiri agar terlihat lebih rapi. Dapat asuransi rawat jalan dari kantor juga yang saya manfaatkan untuk membuang satu graham bungsu saya yang tumbuhnya miring. Sebenarnya kedua graham bungsu saya tumbuh dengan tidak normal alias tumbuh ke samping, tapi trauma pasca operasi satu graham saja masih terasa sampai sekarang padahal sudah 4 tahun yang lalu. Sakitnya bukan main karena ada daging tumbuh di akarnya.
Intinya saya ngga ingin Aisyah memiliki gigi yang rapuh seperti saya. Bismillah, kita sapih semua yang serba manis dulu yaa Aisyah ... soalnya sapih botol dot adalah yang tersulit, jadi itu terakhiran aja deh. Yang penting Aisyah mau makan banyak dulu, jadi meski ngga minum susu atau minum susu sedikit tidak menjadi masalah.
Semoga kalau Aisyah diberi rezeki adik, adiknya pintar ASInya yaa, jadi ngga usah dikenalkan dengan botol dot, hiks. Aisyah anak pertama soalnya, emaknya masih sangat lugu ketika itu, mungkin efek ASI saya ngga keluar-keluar juga, ditambah ada bayi kembar yang perlu penanganan darurat ketika itu oleh para suster, jadi Aisyah tidak langsung diberikan pada saya untuk IMD (Inisiasi Menyusu Dini), malah tengah malam ditanyai oleh suster mengenai susu formulanya apakah sudah dibeli atau belum.
Dengan keluguan saya dan suami ya nurut saja, malam-malam suami saya keluar RS untuk mencari susu formula yang dimaksud (Nan Ha). Alhasil Aisyah bingung puting, bahkan konsultasi di dokter laktasi pun tak mampu mengatasi kesulitan ASI Aisyah. Saya perah ASInya dapatnya sedikit sekali padahal semalaman saya lakukan (tidur sambil duduk memerah nenen, hihihiii), karena tidak pernah dihisap oleh Aisyah. Mana Aisyah alergi susu sapi pula. Mungkin juga efek melahirkan dini, harusnya awal Juli atau akhir Juni baru Aisyah lahir, eeh maju sampai akhir Mei karena pendarahan Placenta Previa. Sedih betul hati saya sebagai seorang ibu.
Tapi tak apa yaa Aisyah ... tanpa ASI, Aisyah tetap menjadi anak Mami yang cerdas kok dan insyaAllah juga diberi kesehatan selalu oleh Allah SWT serta umur yang panjang, aamiin yaa Rabb. Yang terpenting sekarang, kita sama-sama berjuang menjaga kesehatan gigi Aisyah yaa sayang.
Semangatt ... waktu terus berjalan ... selama masih diberi kesempatan ... kan kuberikan yang terbaik untuk dia ... buah hatiku tersayang ...
0 comments