Tatag Lanang Oleh Samantha Project (Atha Nalurita) Di Plaza Balikpapan
Samantha Project at Balikpapan Plaza. Sumber Foto: Koleksi Pribadi. |
Undangan mampir kepada 3 orang Blogger yang bersedia hadir pada saat acara Tatag Lanang yang diadakan di Plaza Balikpapan.
Tadinya yang terlintas dalam pikiranku, Tatag Lanang ini adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan aksi protes penampilan LGBT yang sempat mewarnai panggung salah satu Mall besar juga di Balikpapan.
Kebetulan moment-nya setelah kehebohan pasca komunitas pelangi show up di mall, membuat pertentangan di dalam masyarakat, sebagian pro sedangkan bagian besarnya lagi kontra.
Karena bukan orang Jawa, yang aku tahu hanyalah Lanang sebagai 'Lelaki', baru foto yang ditampilkan adalah lelaki tampak belakang, yang berbusana celana lebar menyerupai rok jika kedua kaki dirapatkan dengan model rambut model yang juga klimis dan belah samping. Dugaanku adalah Lelaki Kemayu, sebelum mengetahui arti yang sebenarnya.
Begini nih kalau buka whatsapp hanya sambil lalu, padahal Mas Adi Prasetya, selaku pengundang, juga sudah mengirimkan Press Release sebagai keterangan bagi yang belum paham.
Oleh sebab ketidak-pahaman, aku tidak mendaftar untuk hadir, dan Blogger Balikpapan pun diwakili oleh Oliv, Adam, dan Kak Ros.
Setelah aku mencoba mencarinya di Mbah Google, barulah aku paham kalau Tatag itu mengandung makna pemberani dan penuh semangat, kemudian pada Press Release-nya tertulis 'tidak kenal was-was', sehingga kalau tidak salah mengartikan, Tatag Lanang adalah Lelaki Tangguh. Sedangkan Samantha Project ini adalah sebuah kreatifitas rancangan busana oleh Samantha atau Atha Nalurita yang ternyata istri dari Mas Adi Prasetya sendiri, salah satu Blogger Balikpapan.
Hari Sabtu saat sedang bersantai di kamar bersama kedua anakku, tiba-tiba seorang ponakkanku naik ke kamarku dan meminta aku untuk bersiap-siap, katanya mau pasang rak kamar mandi di unit apartment.
Kebetulan berada di Borneo Bay, dimana lokasinya tepat di samping taman Bay Park tempat diadakannya acara Tatag Lanang. Yuhuu, langsung bersorak bergembira dan bernyanyi lagu Tokyo Bon (akan diulas kemudian, lagu favorite-ku saat ini). Tapi tenang, itu semua lebay, nggak sampai segitunya kali, hahaha.
Meskipun tidak bisa ikut dari awal karena harus mengajak anak-anak dan para ponakkanku bermain air di kolam renang dahulu, tapi ketika akhirnya jam 5 sore aku pun bisa turun juga dengan membawa bayiku menggunakan stroller, ternyata acaranya masih berlangsung.
Syukurlah si bayi langsung terlelap sehingga tidak rewel saat aku menonton peragaan busana, tetapi jadinya aku duduk saja sambil memiringkan stroller-nya agar dia bisa bobo dengan baik. Maklum, stroller yang dibawa adalah stroller duduk karena papa nggak mau bawa stroller tidurnya karena terlalu besar dan berat.
Rupanya Mbak Atha sendiri mengambil konsep busana etniknya kali ini dari kimono jepang. Pantas model baju maupun celananya lebar-lebar, kerah bajunya pun asimetris menyerupai kimono, lengannya yang semakin lebar ke arah luar, ada yang model rompi (tapi entah menyatu dengan baju yang di dalamnya ataukah model menumpuk, aku kurang tahu karena tidak bisa mendekat kepada para model karena bayiku yang sedang tidur nyenyak).
Sebagian rancangannya malah mengingatkanku akan busana orang China jaman dinasty akhir, yaitu peralihan ke jaman jajahan Jepang. Kesukaanku akan serial Mandarin jaman dinasty dan jaman jajahan Jepang menjadikanku pemerhati detail kepada para tokohnya, termasuk pakaian yang mereka pakai.
Yang baju coklat lengan panjang dengan celana panjang garis-garis itu misalnya. Sumber Foto: Koleksi Pribadi. |
Menurutku sendiri sebenarnya terkesan feminis kalau lelaki Indonesia jaman now yang pakai, namun unik itu sudah pasti, jadi bagiku Mbak Atha ini perancang busana yang sangat keren karena bisa menciptakan sesuatu yang berbeda, aneh dan kuno bagi orang biasa sepertiku tapi justru bakal digunakan oleh orang yang mengikuti tren mode agar bisa menjadi Trendsetter.
Kalau orang yang suka tampil menonjol, akan menyukainya untuk menarik perhatian orang banyak di era modern seperti ini, dan berharap dia menjadi yang pertama menggunakannya di Indonesia, kemudian dialah yang menjadi role mode bagi pria lainnya.
Dan sesungguhnya perancang hanya bertugas menciptakan tren baru yang berbeda bagi masyarakat umum, mengenai penggunanya, kembali pada selera mode masing-masing. Ada yang menyukai gaya konvensional, ada juga yang menyukai vintage, kemudian harajuku, modern style, atau casual saja.
Aku sendiri tidak begitu memperhatikan mode, tergantung mood, apa yang sedang ingin aku kenakan ya aku pakai, kebanyakan busana casual kecuali pergi ke suatu acara baru menggunakan busana menyesuaikan dengan tema dan tempat acaranya.
Jujur, baru kali ini aku menonton peragaan busana yang memperagakan busana rancangan khusus oleh salah seorang perancang busana. Aku pernah diminta memperagakan busana guna mengisi acara kakak kelas dulu, tapi itupun pakaian yang sudah dijual di Department Store, hanya tinggal memilih model yang sesuai dengan postur tubuhku.
Temanku yang seorang wartawan B TV pun meliput acara ini, lalu seorang temanku lagi yang juga seorang perancang dan penjahit ikut turut menghadiri acara ini.
Komentarku, ini acara profesional di area terbuka dimana pengunjung yang sedang bersantai pun bisa menikmatinya. Apalagi para modelnya diminta untuk membentuk lingkaran dahulu di atas podium dengan masing-masingnya menghadap ke arah penonton dan diam selama beberapa menit agar para penonton bisa berfoto atau melihat pakaiannya lebih dekat.
Satu kata, keren! Ditambah dapat kosakata baru lagi dari tanah Jawa yaitu 'Tatag Lanang'.
Mbak Atha Nalurita menerima karangan bunga dari peserta. Sumber Foto: Koleksi Pribadi. |
0 comments