Burnout Sangat Erat Kaitannya Dengan Manajemen Diri
Ilustrasi. Foto adalah Koleksi Pribadi.
Kondisi Burnout? Dapatkan liburan alamu!
Sebenarnya aku berada dalam keluarga yang rentan terkena stres. Kedua orang tuaku tipikal yang tidak sabar dalam menghadapi tekanan jiwa dan melampiaskannya dengan cara berteriak-teriak pada lingkungan sekitarnya, khususnya anak-anaknya. Sehingga akupun dulu seperti itu, tak tahan menerima tekanan apapun.
Tidak mudah memang dalam menghadapi kondisi itu. Rasa tegang dari dalam diri khususnya hati membawa pikiran turut merasa tegang sehingga pada akhirnya memuncak dan melampiaskannya dengan cara berteriak, memukul atau melempar benda.
Apalagi aku tipikal yang mudah sekali terpengaruh dengan suasana hati orang-orang di sekitarku. Dan itu terbawa sampai pada pernikahanku juga, dimana kebetulan saat itu aku memiliki suami yang cenderung mengabaikanku.
Hatiku yang merasa kesal, panas, bahkan kadang cemburu, membuat pikiranku juga jadi tak karuan. Selalu memikirkannya sehingga seringkali menguap ke permukaan kala tak tertahankan lagi. Aku mengamuk, kami berantem hebat, dan hal itu selalu berulang.
Kala itu aku belum memiliki anak, sehingga pikiranku hanya fokus pada kesengsaraanku saja, kemudian kecemburuanku, dan pada suamiku yang saat itu seringkali membuatku kesal.
Sampai pada akhirnya aku hamil anak pertamaku, aku mulai fokus pada kehamilanku. Dan aku mulai sering bersosial-media lagi untuk berbagi cerita tentang kehamilanku itu. Kemudian aku menemukan game online yang sesuai dengan hobby-ku yaitu 'Ayo Oke'.
Kami tinggal di ruko 3 lantai, dimana lantai 1 dan 2 adalah tempat suamiku itu menghabiskan waktu untuk menjalankan usaha warnetnya sambil ikut kawan-kawannya bermain game online, sementara di lantai 3 itulah aku seorang diri yang harus menghadapi diriku dan kondisiku yang merasa stres sendiri.
Salah satu game online yang membawa keberkahan untukku dalam kondisi hamil itulah 'Ayo Oke', dimana melalui website tersebut kami bisa berkaraoke bersama secara online dengan kawan-kawan seluruh Indonesia.
Jadi aku tidak lagi fokus dengan 'kesialan' yang sedang aku alami, melainkan fokus dengan hal-hal yang jauh lebih menyenangkan. Kami pun jarang bertengkar karena ketika dia seharian di lantai bawah, akupun seharian bernyanyi bersama kawan-kawan 'maya'ku di dalam kamar.
Walau kadang kita tak bisa menghindar juga dari rasa stres yang melanda, namun ketika kita memiliki cara maka akan adanya pengendalian diri, yaitu pola pikir yang tadinya negatif menjadi positif.
Karena kondisi stres itu berkaitan erat dengan manajemen diri, tentunya kita harus mengenal diri kita dengan baik, khususnya tentang apa sih hal-hal yang membuat kita stres, apa sih hal yang membuat unhappy, mengapa sih kita susah tertawa, kemudian setelahnya kita harus mencari cara untuk mengatasi itu.
Aku memutuskan berpisah dengan suamiku ketika itu juga untuk memutuskan mata rantai kesedihan yang terus merundung diriku ini. Karena aku berpikir bahwa tidak seharusnya anak-anakku hidup bersama dengan keluarga yang lengkap namun tanpa kedamaian di dalamnya.
Bagiku saat itu, perpisahan atau tidak sebenarnya sama saja, di rumah pun sebagian besar waktuku hanya bersama anak saja. Sepertinya cinta sudah tak ada di antara kami. Aku bertahan hanya demi waktu yang sudah telanjur banyak terbuang saat itu, sementara dia bertahan hanya demi egonya.
Namun jika tak berpisah, aku masih memiliki kewajiban untuk melayaninya dimanapun, termasuk di tempat tidur, dan itu membuatku merasa disgusting, lalu fokus memikirkan bahwa dia di luar sana juga tengah bersenang-senang dengan yang lain. Lalu aku dianggap apa?!
Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang membuat hawa negatif selalu menyertai diri kita, dan pada akhirnya stres kembali melanda. Sedangkan stres berkepanjangan (depresi) bisa sangat tak menguntungkan bagi orang tersebut dan lingkungan sekitarnya.
Bukan berarti pasca berpisah, aku bisa jauh-jauh dari perasaan itu. Sebagai ibu rumah tangga, single pula, memiliki dua orang anak yang harus dirawat dengan sepenuh hati, ada masanya aku mengalami Burnout, lalu ingin melampiaskannya dengan marah-marah.
Di situlah pentingnya lagi manajemen diri agar burnout bisa segera diatasi, dengan cara, tinggalkan pekerjaan itu saat mulai merasa lelah fisik maupun batin, lalu lakukan hal-hal yang menyenangkan.
Sayangnya beberapa wanita yang berusia sepertiku atau di atasku, merasa bahwa mereka terlalu kekanakkan jika masih bermain-main di tengah pekerjaan yang menunggu. Namun tidak bagiku.
Kebetulan aku suka bernyanyi, sehingga pada ponselku juga terinstal aplikasi khusus karaoke. Kemudian aku juga suka membuat konten, sehingga aku menginstal beberapa aplikasi pembuat dan pemutar video baik yang otomatis maupun yang manual.
Aku juga memiliki beberapa aplikasi yang rajin menayangkan drama seri Asia, karena aku suka menonton drama seri China dan Korea.
Jadi kadang sambil menyetrika baju, aku bernyanyi melalui aplikasi karaoke atau menonton film. Pekerjaan jadi terasa ringan bagiku.
Kemudian bukan rahasia umum lagi kalau ibu-ibu pemilik anak balita, kamarnya tak pernah luput dari ruangan yang berantakan, dan itu cukup menguras energi diri maupun hati dan pikiran. Habis dibereskan eh sudah berantakan kembali. Belum lagi mainannya yang ikut menumpuk juga di dalam kamar.
Solusinya bagiku ya hanya menarik nafas dalam-dalam lalu tinggalkan dulu pekerjaan itu jika belum mood. Lakukan ketika hati sudah bahagia kembali. Fokuskan diri pada kegembiraan bermain bersama anak-anak, daripada memikirkan ruangan yang berantakan akibat ulah anak-anak.
Karena tak jauh berbeda dengan kondisiku ketika dulu masih bekerja. Berangkat kerja saat matahari belum naik, kemudian pulang kerja saat matahari sudah tenggelam.
Kadang pulang ke rumah saat energinya sudah habis, bahkan energi untuk bahagia. Jadi kadang sepulang dari kantor, aku justru lanjut pergi ke mall yang kebetulan lokasinya berdekatan dengan perusahaan tempat aku bekerja.
Kalau tidak untuk creambath atau hair spa di salon, ya aku pergi ke salah satu Japanese Massage yang saat itu ada di sana. Agar saat pulang ke rumah, energi positif dari dalam diriku sudah kembali.
Jadi bagi yang sering kesulitan mengatasi kondisi burnout ini, come on, try find the way to make happy back to yours!
0 comments