Ponsel is a Privacy Item - Walau Rusak Tak Boleh Berpindah Tangan
Ilustrasi Fungsi Smartphone. Sumber Foto: Desain Pribadi melalui Canva |
Suatu hari saat sedang bersantai di dalam kamar bersama anak-anak, papaku memanggil dari ujung tangga bawah. Kebetulan kamarku berada di lantai 2, karena kedua orang tuaku sudah tidak kuat jika harus turun naik tangga.
"Nis, siapkan ya HP rusaknya Anis yang waktu itu, sebentar lagi si Sur (bukan nama sebenarnya) mau datang buat ambil. Dia bilang mau perbaiki buat dipakai anaknya sekolah online."
Betapa terkejutnya aku karena papaku tak pernah mengomunikasikan hal tersebut padaku sebelumnya. Sur adalah nama seseorang yang pernah bekerja kepada kami.
"Loh papa kok tidak bilang dulu, ponsel itu privacy Pa, tak boleh berpindah tangan begitu saja."
Spontan saja aku langsung menolaknya, meskipun yang diminta adalah ponsel rusak milikku.
Bukan karena minim empati terhadap seseorang yang memang sedang butuh, tetapi karena ini adalah ponsel dimana seluruh hal tentang aku tersimpan di sana, tidak bisa begitu saja dialihkan kepada orang yang lain.
"Tapi kan itu sudah rusak, kasihkan saja, dia mau perbaiki kok, supaya bisa dia pakai, kan jadi lebih bermanfaat HPnya." Kata papaku lagi karena tidak paham mengenai apa itu privacy.
Kebetulan beliau ini memang tidak begitu care dengan hal-hal yang berbau individual. Ponsel beliau pun jika sudah ada yang baru, tinggal beliau turun tangankan begitu saja, tanpa diutak atik terlebih dulu sebelumnya.
Jangankan hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri, bahkan terhadap privacy orang lain, beliau juga tidak begitu paham.
Jika tidak diperingatkan sebelumnya, beliau bisa saja tiba-tiba membawa tukang AC naik sampai ke dalam kamarku tanpa memberitahu terlebih dahulu.
Baca juga:
"Tidak bisa begitu Pa. Ini HP rusak layarnya, semua foto dan account bahkan aplikasi mobile banking masih tersimpan dengan rapi di sana. Anis tidak bisa begitu saja memberikan ponsel ini buat dia."
Aku pun memberi penjelaskan kembali dan alasan mengapa aku tidak bisa memberikan ponsel rusak ini kepada orang lain.
"Kalau begitu, itu tab mami saja bawa ke sini, sudah rusak juga kan layarnya."
Kebetulan aku juga yang menyimpan tab lama milik mamiku, karena hanya aku yang telaten mengamankan barang-barang lama tersebut. Apalagi banyak anak kecil di rumah.
Ternyata papa masih ingat, dan malah menagih tab itu saja untuk diberikan kepada orang yang akan datang ke rumah kami untuk mengambilnya.
Memang kadang si papa suka membuat kami mengurut-urut dada karena susah menangkap sebuah penjelasan, dan susah untuk diberi pengertian agar tidak terlalu berlebihan untuk percaya serta bersikap kepada orang lain.
"Pa, itu tab mami juga masih tersangkut WA, messenger, foto-foto dan akunnya kan? Mana bisa juga sembarang dikasihkan orang? Kalau papa mau bantu, lebih baik kasih uang saja deh, biar dia bisa beli HP baru yang murah, karena untuk memperbaiki LCD HP bekas ini saja, dia juga butuh uang setidaknya 600 ribu, bahkan bisa lebih. Belum tentu awet pula."
Syukurlah setelah panjang lebar berbicara untuk menjelaskan, akhirnya beliau sepakat juga membantu orang tersebut dengan nilai uang saja, daripada memberikan ponsel bekas yang beresiko bagi kami dan belum tentu bermanfaat juga buat dia.
Beliau mungkin lupa, mengapa dulu aku juga sempat meributkan tukang AC yang datang bersama anak buahnya ke rumah, dan kemudian si anak buah tukang AC malah nekad mencoba mencuri dua buah ponselku yang sudah rusak.
Kenaifan papa memang sering kali membuat beliau lalai terhadap seseorang, percaya begitu saja tanpa menaruh kecurigaan apapun.
Pernah sekali waktu, saat anak sulungku masih berusia 2 tahun, beliau memanggil tukang AC untuk datang ke rumahku dalam rangka membersihkan rutin AC rumah.
Tapi bukannya ditunggui, beliau bisa begitu saja meninggalkan si tukang AC yang sedang bekerja.
Sementara aku kan kurang nyaman jika aku yang berada di dalam kamar bersama dua orang laki-laki saja untuk mengawasi mereka bekerja.
Beliau sungguh sangat berbeda denganku yang selalu waspada, tapi beliau bisa sangat membenci seseorang ketika sadar sudah diperdaya, sedangkan aku yang awalnya sudah waspada tidak begitu terkejut ketika menyadari orang lain bukanlah malaikat.
Oleh karena itulah, walau sedang berada di depan televisi, mataku tak lekang dari pintu kamar anak sulungku yang berada di balik tangga.
Aktivitasku yang kebanyakan dilakukan di lantai bawah kan memang membuatku lebih banyak menyimpan barang di dalam kamar anakku, sehingga aku waspada sekali.
Syukurnya ketika sedang melirik, aku sempat melihat si anak buah keluar dari kamar anak sulungku saat bosnya sudah bekerja di lantai atas, sehingga aku langsung melakukan pengecekkan ketika dia menyusul bosnya ke atas.
Wah ternyata benar, dua buah ponselku, BB Onix 2 dan N73, dengan charger ori Samsungku raib.
Aku pun langsung mengatakannya kepada kedua orang tuaku dan memanggil suamiku (saat itu kami belum berpisah). Lagipula tukang AC itu adalah rekomendasi dari ayahnya anakku.
Pemuda tersebut tidak mengaku ketika diinterogasi, namun setelah menyisir rumah dan sekitarnya, akhirnya kami menemukan dua buah ponsel itu di dalam tong sampah carport mobil, dan charger-nya pun ada di bawah sofa ruang tamu, tergeletak begitu saja.
Tukang AC yang membawa anak itu juga seolah tak percaya dan malah seperti mengalihkan perhatian ke orang-orang yang ada, seperti orang tua dan para ponakkanku.
Kebetulan saat itu orang tuaku memang tidak tinggal di rumah yang aku tempati, tapi rumah yang aku tempati kan rumah milik orang tuaku, jadi mana mungkin mereka yang mengambil ponsel usang milikku, hehehee.
Salah satu ponselku yang kini sudah usang saja, juga mereka yang belikan waktu harganya masih sebesar 6 Juta Rupiah.
Lalu kedua ponakkanku yang masih berusia balita itu, mainannya saja lebih mahal dari ponsel usangku, lagipula ketika itu para ponakkan juga sedang ada di dekatku.
Singkat cerita, kami pun tak memperpanjang masalah itu karena charger dan ponselnya juga sudah ketemu, itu yang terpenting, tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi papaku yang kurang waspada.
Gadget Jadulku di Rumah. Sumber Foto: Pribadi |
Nah, kembali lagi ke persoalan 'ponsel is a privacy item'.
Pernah tahu kasus Ariel Noah yang ketika itu masih berlabel peterpan kan? Dimana video pribadinya bisa tersebar begitu saja karena laptopnya raib.
Ariel pun tak bisa lepas dari jerat hukum karena telah melakukan perekaman yang bersifat pribadi dan lalai, sehingga videonya itu tersebar, walau si penyebar juga tertangkap.
Begitupun dengan Gisel, penyanyi jebolan Indonesian Idol itu juga video pribadinya sempat tersebar lantaran si ponsel raib dari tangannya.
Walau Gisel beruntung bisa terlepas dari jerat hukum, meskipun kasusnya dengan Ariel sama, yaitu melakukan perekaman dan lalai sampai terjadinya penyebaran, namun privacy-nya sudah dibuka oleh orang banyak.
Kata sebagian besar netizen perihal kasusnya sih, "Duit telah berbicara."
Istilahnya adalah berani merekam dan lalai sampai video itu bisa tersebar, menurut kebanyakan orang dapat menghabiskan duit orang tersebut jika yang bersangkutan ingin lepas dari jerat hukum.
Tapi bukan persoalan video porno dan kasus hukumnya yang mau aku bahas, kedua peristiwa itu aku ambil hanya sebagai sebuah contoh privacy yang telah tersebar, akibat ponsel atau perangkat teknologi pintar milik mereka sempat berpindah tangan.
Jaman sekarang sih, dimana konetivitas sangat lancar jaya dalam berhubungan ke seluruh pelosok negeri bahkan keluar negara, sangat mudah menyebarkan sebuah informasi.
Lalu bagaimana jika informasi pribadi milik kita tiba-tiba tersebar kepada orang lain?
Siapa sih orang yang bisa kita percaya sepenuhnya? Selama mereka adalah manusia biasa, bukan rasul apalagi malaikat, apapun mungkin terjadi.
Bahkan ketika aku meminta tolong kepada ayahnya anak-anakku di masa sekarang ini dimana kami sudah berpisah, untuk membawa ponsel anak-anak yang rusak ke tukang service saja, aku meminta untuk turut serta bersamanya.
Saat ponsel sedang diperbaiki oleh tukang service saja, aku memilih untuk menunggu, daripada meninggalkan hingga bermalam di tempat service.
Permasalahan penggantian layar LCD kan paling hanya memakan waktu sekitar 1-2 jam saja.
Hal itu aku lakukan karena aku sangat paham bahwa foto-foto dan video-video yang sudah dihapus secara manual saja, bisa dipanggil kembali.
Misalnya saja ponsel yang sekarang aku gunakan ini. Walau aku telah menghapus foto dan video, namun ternyata dokumentasi tersebut masih tersimpan dengan baik di dalam foldernya, sehingga aku harus melakukan penghapusan sebanyak 2 kali.
Oleh karena itulah, ketika kita melakukan impor foto dan video langsung dari ponsel ke laptop, sering sekali terikut gambar-gambar yang sudah tidak terlihat pada penyimpanan ponsel kita.
Bukan hanya persoalan penyimpanan dokumentasi yang sifatnya pribadi, bahkan login akun kita di semua aplikasi yang ada di ponsel dapat langsung terbuka ketika kita mengaktifkan ponsel tersebut.
Semua percakapan yang pernah terjadi antara kita dan orang-orang terdekat langsung terlihat oleh si pemegang baru ponsel kita ketika mereka membukanya.
Mulai dari aplikasi pesan yang memang bawaan ponsel melalui media pengiriman pesan biasa, maupun aplikasi chat lainnya yang menggunakan perantara internet.
Kasus kerusakan ponselku, sebagian besar kan karena masalah LCD, sehingga aku tidak bisa melihat aplikasi apa saja yang sempat aku instal dengan login-nya masing-masing.
Jika semua aplikasi yang terinstal di ponsel mampu kita ingat dengan baik, maka tinggal diganti sendiri saja login-nya melalui perangkat lainnya.
Namun kalau bagiku, satu sosial media yang kumiliki saja, bisa terhubung sampai dengan 5 hingga 7 akun di dalamnya, begitupun dengan e-mail yang aku miliki, banyak sekali yang terkoneksi dalam satu aplikasinya.
Sedangkan sebelum memberikan ponsel kepada orang lain, kita wajib memastikan terlebih dahulu bahwa sudah tidak ada akun kita yang masih terkoneksi di dalam ponsel tersebut.
Jika belum memastikannya, maka jangan coba memindah-tangankan ponsel kalian kepada orang lain, apalagi kalau orang tersebut tidak kalian kenal dengan dekat.
Serba salahnya yaitu ketika ada keluarga dekat yang tidak memiliki ponsel, pasti ada perasaan tidak enak hati jika yang dimintanya hanyalah sebuah ponsel usang milik kalian, sehingga kalian terpaksa menghibahkan ponsel itu untuk membantunya.
Saran saya sih, jika memang terpaksa sekali memberikan ponsel milik pribadi kepada orang lain, maka jangan lupa lakukan beberapa hal di bawah ini:
- Logout sosmed dari semua perangkat
- Ganti password semua sosmed, akun google, e-mail, mobile banking
- Hapus semua aplikasi di ponsel
- Impor semua foto dan video ke laptop dan delete
- Keluar dari akun smartphone
Privacy itu hak setiap orang. Sumber Foto: Pribadi |
Aku tipe orang yang individual dan cukup mementingkan privacy, serta bukan tipikal yang terlalu mengikuti teknologi juga, sehingga aku sangat setia pada ponsel yang sedang aku gunakan.
Biasanya aku mengganti ponsel ketika aku rasa ponsel tersebut sudah tidak nyaman untuk aku gunakan atau malah sudah rusak.
Seperti N73 yang model kameranya buka tutup, maka ketika itu aku menggantinya dengan onix 2 karena penutup kameranya sudah longgar sehingga menyebabkan aku kesulitan untuk membuka ponsel akibat kamera yang suka terbuka tiba-tiba.
Begitupun dengan onix 2 yang saat itu sudah tidak mumpuni batreinya dan tidak memadai untuk melakukan banyak aktivitas internet di dalamnya, sehingga aku memutuskan beralih kepada smartphone.
Ketika itu yang aku pakai sebagai pengganti adalah Samsung Galaxy SIII Note, dimana akhirnya aku menggantinya lagi karena komponen ponsel tersebut sudah tidak bisa melakukan pengisian batrei lagi, sedangkan biaya service untuk itu sebesar 1 Juta Rupiah dengan garansi 1 bulan saja.
Jadi memang semua ponsel yang sudah tidak aku gunakan karena sudah ada yang baru, memang merupakan ponsel yang terhitung sudah usang, sehingga kalaupun diberikan kepada orang lain, mereka butuh biaya untuk memperbaikinya.
Yang LCD-nya rusak saja ada samsung tab milik mamiku karena digigit oleh ponakkanku yang cewek, xiaomi redmi 3G dan xiaomi redmi 2 note yang berulang kali jatuh, ipad 4 dan laptop acer milikku pun juga rusak LCD-nya (laptop diduduki oleh si sulung, ipad 4 dijatuhkan dari ketinggian oleh anak sulungku juga), sementara ada iphone 4 milikku yang tidak dapat digunakan juga karena pernah direndam air oleh ponakkanku yang cowok.
Semua perangkat itu masih aku simpan dengan sangat baik, tapi kalau ada yang meminta untuk dihibahkan saja agar bisa dimanfaatkan kembali oleh orang tersebut, aku sama sekali tidak bisa melakukan itu.
4 comments
Betul mbak, sekarang ponsel bisa terhubung kemana-mana rawan jadinya kalau dipindahtangankan
BalasHapusBetul Mbak. Om saya pernah lalai meninggalkan akun sosmednya begitu saja tanpa logout di warnet beberapa tahun yang lalu, eh mendadak postingan kata-katanya menjadi 'cabul' semua, sampai beliau datangi warnetnya. Rawan banget. Sudah waspada saja kadang masih ada hacker. Teman saya, dokter, WA nya pernah dihack buat minta-minta transfer uang 100rb ke teman-teman di kontaknya. Apalagi kalau kesempatan lebih banyak.
HapusIya lho. Smartphone kan sering dipakai untuk berbagai urusan daring. Bahaya banget kalau sampai berpindah tangan walaupun sudah rusak ya.
BalasHapusBetul Kak, rawan banget.
Hapus