Berlatih Mendalami Peran Kinan Layangan Putus dan Zainuddinnya Hayati di Rumah Akting Balikpapan
Ki-Ka: Claudya, Eksa, Annisa, Mifta, Nazla dari Rumah Akting Balikpapan. Sumber Foto: Pribadi |
Selain senang mencurahkan isi hati dan pikiranku melalui tulisan, aku pun sudah tertarik seni peran sejak lama, oleh karenanya aku juga senang bermain ekspresi dalam konten-konten yang mengandung cerita pada sosial mediaku.
Sampai pada suatu saat pada Bulan Januari di tahun 2020, sebelum pandemi, aku mendapat kesempatan ikut workshop film pendek dimana selama dua hari kami mendapatkan banyak sekali ilmu seputar pembuatan film pendek, mulai dari kepenulisan skenario, penyutradaraan, kameramen, sound, sampai dengan seni peran.
Kemudian pada akhir tahun 2022, aku pun ikut audisi Bengkel Akting Kuma dan alhamdulillah bisa menjadi salah satu pesertanya.
Kala itu kami tidak langsung pelatihan mimik wajah, dialog, dan sebagainya, melainkan kami dilatih layaknya pemain teater yang kudu kuat fisik maupun mentalnya, yaitu yang pertama kita harus mengenali olah tubuh kita masing-masing terlebih dahulu, kemudian dapat berempati terhadap teman yang lain, dan kemudian fokus dengan perintah.
Hanya dua hari kami mendapat pelatihan dari Bengkel Akting Kuma yang terdiri dari Paul Agusta, Kiky Narendra, Artasya Sudirman, dan juga Mian Tiara.
Selepas pelatihan, atas ide dari salah seorang kawan kami yang bernama Anton Soegito, kami pun mendirikan Rumah Akting Balikpapan sebagai upaya pelatihan lanjutan dimana dikoordinir oleh Anton Soegito itu sendiri.
Kebetulan Anton Soegito adalah seorang videographer yang sudah beberapa kali terlibat dalam pembuatan film pendek juga.
Rumah Akting Balikpapan = Pecahan Kecil alumni Bengkel Akting Kuma Balikpapan. Desain Foto: Pribadi |
Kami pun rutin mengadakan jadual pelatihan setiap hari selasa dan kamis setiap minggunya dengan menu-menu latihan yang telah dibuat oleh sang koordinator.
Nah, pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2023, jadual latihan kami yang perempuan adalah mendalami peran sebagai Kinan di drama seri Layangan Putus yang aslinya diperankan oleh Putri Marino, sementara untuk yang lelaki diminta agar dapat mendalami peran sebagai Zainuddin yang memendam amarah dan berhasil meluapkannya kepada Hayati dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Setelah sebelumnya kami juga sempat dilatih dengan bintang tamu yang juga sudah sering membintangi FTV bernama Resta untuk bermain peran sesuai naskah, kami sadar bahwa ternyata mendalami suatu karakter dalam cerita itu bukanlah hal yang mudah.
Apalagi dialog Kinan dan Zainuddin cukup panjang bagi kami yang awam ini untuk sebuah long take.
Aku sampai keringatan karena harus berulang kali take untuk dialog yang itu-itu saja, namun itupun juga tidak tuntas, sementara beberapa kawan lainnya sampai harus melihat naskah terlebih dahulu dengan cara diperbantukan oleh beberapa kawan hingga pada akhirnya bisa menyelesaikan naskahnya dengan baik.
Padahal kalau melihat akting di televisi, kok rasanya enak saja ya mereka berakting begitu, tampak alami dan nggak terlihat sama sekali berpura-puranya.
So, untuk mengingatkan kembali, yuk kita fresh lagi ingatan mengenai apa saja akting itu dan teknik-teknik apa sih yang bisa dipelajari agar dapat berakting dengan baik.
Teknik-Teknik Akting
- Akting Klasik
Akting klasik ini mengutamakan pada presisi, yaitu mengintegrasikan pada ekspresi suara, tubuh, imajinasi, bahkan analisis kuat dimana tokoh terkenal yang muncul untuk mengingatkan kita adalah William Shakephare yang merupakan seorang pujangga dan penulis drama dimana dia juga menciptakan tokoh Romeo dan Juliet.
Oh iya, sebelumnya perlu ada pembedaan juga antara berakting untuk teater, film layar lebar, maupun sinetron.
Pada akting klasik ini, para aktor benar-benar harus menghafal dialognya dan benar-benar tidak boleh menyimpang dari naskah.
- Akting Bermetode
Kalau akting klasik cenderung kaku, method acting justru cenderung kurang terkontrol karena memberi ruang para aktornya untuk berimprovisasi.
Dalam method acting ini, para aktor dapat lebih mendalami perannya karena lebih bebas dalam menggunakan teknik untuk menyelami karakter tokoh yang akan dia perankan, misalnya dengan cara fokus pada situasi hidupnya yang beberapa bagiannya mirip dengan situasi yang sedang dihadapi oleh tokoh tersebut.
Metode improvisasi ini memang keahlian khusus yang dimiliki oleh beberapa aktor agar perannya tampak lebih real atau karena sutradara kelamaan cut adegan, maka si aktor mengambil waktunya untuk menambah improvisasi.
Aku pernah melihat adegan behind the scene-nya salah satu drama seri yang dibintangi oleh Prilly Latuconsina dimana karena Prilly pandai berimprovisasi, maka justru sutradaranya kesenangan dan sengaja berlama-lama untuk cut agar Prilly mengeluarkan spontanitasnya.
Nah, berimprovisasi di sini juga bukan berarti diijinkan untuk melenceng dari naskah ya Guys, melainkan si aktor tadi sudah menguasai alur cerita drama yang dia bintangi tersebut sehingga mengalir saja dialognya tanpa berpatokan dengan naskah yang kaku.
- Teknik Meisner
Teknik Meisner ini bisa dibilang sebagai teknik tektokan sih dimana aktor tersebut hanya cukup mendengar apa yang dikatakan oleh lawan mainnya agar dapat berbalas dialog.
Kalau menurutku, teknik ini agak susah bagi kami yang semuanya masih awam dalam berakting ini, kecuali bisa mendapatkan lawan main yang sudah banyak makan asam garam di dunia akting, mungkin bisa lebih mudah untuk berbalas dialog.
Masih mungkin loh ya, karena jujur dari kemarin-kemarin ketika latihan, aku tuh ingin mencoba teknik ini, namun yang ada tetap dalam benakku masih lebih percaya pada naskah dibandingkan pada lawan bicara.
- Teknik Estetika Praktis
Teknik ini adalah teknik yang dibuat oleh David Mamet dan William H Macy dimana teknik ini menggunakan metode stanislavski yang tak jauh beda juga dengan method acting, dipadukan dengan teknik meisner dan filsuf epictetus, dimana pendekatan teknik tersebut meliputi analisis skrip, latihan pengulangan, dan eksplorasi kemampuan beradaptasi.
Entah teknik apa yang masing-masing masih kami gunakan di Rumah Akting Balikpapan, yang jelas kalau aku diberi naskah, sepertinya aku tipikal yang berakting dengan klasik, masih terpaku plek pada naskah sehingga ketika lupa, ambyar keseluruhan dialognya, hihihiii.
Aku tuh pernah padahal bikin konten parodi tentang Kinan, dengan dialog yang meluncur begitu saja sih, kan parodi, ya buat konten lucu-lucuan gitu sih walau nggak paham lagi deh ketika masih ada juga yang kasih emot nangis, jadi nggak sampai kayaknya ya pesannya.
Tapi kok begitu disuruh merankan Kinan asli yang sesuai isi naskah, malah kagok ya?
Duh, kira-kira berbakat kagak ya jadi aktor, hahahaa ...
Ya sudahlah ya, yang penting rajin latihan dulu karena buat menulis cerita fiksi pun aku kudu paham cara mendalami karakter para tokoh dengan latar belakang kehidupannya yang berbeda-beda pula.
Pentingnya emak-emak memperluas ilmunya ya agar bisa menurunkannya pada anak-anak di rumah, seperti salah seorang ibu yang juga ikut pada workshop Bengkel Akting Kuma tempo hari, dimana anaknya yang masih sangat belia ingin ikut namun terhalang usia sehingga mamanya lah yang ikut untuk menurunkan ilmunya itu.
Apalagi ini kita sudah masuk pada kurikulum merdeka belajar kan ya dimana mengutamakan pendidikan yang berkarakter moral pancasila, serta cerdas.
Selengkapnya bisa dibaca juga di blog homeschooling.
0 comments