Tak Terlupakan: Perjalanan Waktu dan Cinta di Kota Malang
Salah satu foto aku saat aku berlibur ke sana bersama rekan-rekan kerjaku. Sumber Foto: Pribadi / Desain Foto: Pribadi |
Kota Malang, gemerlapnya di malam hari dan ketenangan di siang yang hangat. Kota ini telah menjadi saksi bisu bagi sebagian dari kita, yaitu menjadi latar belakang cerita pribadi yang tak terlupakan.
Saya, seperti banyak lainnya, memiliki sejarah panjang dengan Kota Malang. Dalam perjalanan waktu, saya telah mengunjunginya beberapa kali, dan setiap kunjungan membawa cerita yang berbeda, seperti lapisan-lapisan kisah di dalam sebuah novel.
Bab 1: 1988 - Jejak Pertama di Kota Bunga
Pertama kali saya menginjakkan kaki di Kota Malang adalah pada tahun 1988, saat usia saya masih 5 tahun. Kebetulan ada cara yang unik dari kedua orang tuaku untuk merayakan ulang tahun anak semata wayangnya ini ketika itu.
Setelah potong kue ulang tahun bersama teman-teman, keluarga dan para tetangga, kami selalu langsung mengangkat koper untuk berlibur keluar kota, dan setelah tahun sebelumnya kami ke Kota Medan mengunjungi keluarga di sana dan sempat berlibur ke Bali juga, pada tahun 1988 kami berpergian ke Kota Malang.
Di sini, saya menemukan pesona Kota Bunga yang tak lekang oleh waktu. Di bawah sinar matahari yang cerah, saya dan keluarga menjelajahi alun-alun Kota Malang yang ramai. Selain itu, saya mengunjungi taman bunga berwarna-warni yang menjadi ikon Kota Malang. Kala itu, Malang adalah kota kecil yang tenang, dihiasi oleh senyuman orang-orang ramah.
Aku dan mamiku di Malang. Sumber Foto: Pribadi |
Bab 2: 2002 - Malang Sebelum Bali
Pada tahun 2002, ketika saya bersiap-siap untuk berkuliah di Bali, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu beberapa hari terakhir di Jawa Timur. Kebetulan saya dan mami saya pergi bersama sahabat saya semasa SMA, Icha (sekarang sudah almarhum), beserta keluarganya.
Mereka mengajak kami mengunjungi Kota Malang terlebih dahulu untuk bertemu rekan kerja kedua orang tua saya dahulu. Orang tua saya dan orang tua Icha merupakan rekan kerja juga semasa dulu, sehingga orang yang kami temui di Malang tersebut adalah orang yang sama.
Apalagi ketika itu kami sekedar mampir sebelum berangkat ke Bali untuk ikut ujian masuk kuliah. Kota Malang adalah pilihan alamiah, selain kebetulan memang ada kerabat yang kami kenal, karena Kota Malang juga terkenal dengan universitas terbaiknya, yaitu Brawijaya.
Tapi kali ini, saya melihat sisi berbeda dari kota ini. Pembangunan telah merambah ke berbagai sudut, dan Malang telah berkembang pesat. Jalan-jalan yang dulu saya kenal telah berubah menjadi jalan raya yang lebih lebar. Malang telah bertransformasi menjadi kota yang modern namun tetap mempertahankan pesona alamnya.
Saya dan Icha (alm) di depan Universitas Brawijaya. Sumber Foto: Pribadi |
Bab 3: 2004 - Field Trip dan Pertemuan Kembali
Pada tahun 2004, saya kembali ke Kota Malang, kali ini dalam rangka study tour atau yang biasa kami sebut dengan Field Trip bersama teman-teman kuliah. Namun ketika itu tujuan kami hanyalah untuk berwisata ke Gunung Bromo karena waktu kami cukup terbatas sebelum kembali lagi ke kampus untuk melanjutkan teori.
Malam ketika kami baru tiba di Hotel, sebelum menanti sunrise. Sumber Foto: Pribadi |
Meskipun begitu, masa-masa itu cukup meninggalkan kesan mendalam. Aku dan dua orang sahabatku berkenalan dengan pengunjung yang memiliki logat orang Timur ketika kami sedang menanti sunrise dari atas bukit pada dini hari, dimana mereka menunjukkan sama cintanya dengan cara sama-sama sibuk mengabadikan lukisan alam yang terpapar nyata di hadapan itu saat mentari mulai menunjukkan pesonanya.
Memandangi keindahan Gunung Bromo di pagi hari adalah pengalaman yang tak terlupakan. Sunrise bersambut cinta, saya kembali merasakan kedamaian dan ketenangan yang dimiliki Kota Malang.
Keindahan alamnya yang masih utuh dan budaya yang kaya membuat saya jatuh cinta lagi pada kota ini. Di sinilah kisah pertemuan kembali dengan Kota Malang dimulai, mengingatkan saya pada jejak-jejak masa lalu.
Aku dan kawan-kawanku yang berada di jeep yang sama turun di Padang Pasir Bromo. Sumber Foto: Pribadi |
Bab 4: 2011 - Bromo, Malang, Batu: Cinta yang Terus Berkembang
Tahun 2011 membawa saya ke puncak petualangan. Dibayarin oleh kantor untuk berlibur ke Malang dan Batu bersama dengan rekan-rekan kerja.
Perusahaan tempat saya bekerja dahulu memang sangat tahu untuk men-treat para karyawannya agar lebih bersemangat bekerja dengan cara membawa kami pergi berlibur dalam kurun waktu setahun sekali. Sangat beruntung sekali bukan? Apalagi liburan pertama saya bersama rekan-rekan kerja adalah mengunjungi Kota Malang dan sekitarnya.
Kebun Apel di Malang. Sumber Foto: Pribadi |
Bagi saya saat itu, Kota Malang, dengan segala pesonanya, adalah pintu gerbang menuju petualangan yang tak terbatas, dimana saya yang telah dewasa dan mengerti dibawa menjelajah lebih dalam lagi di sana.
Mulai dari mengunjungi ke Gunung Bromo, Kebun Apel, bahkan ke Batu Secret Zoo yang berada di Kota Batu. Kala itu kami menginap di Hotel Ubud yang berada di Kota Batu.
Ke Batu Secret Zoo. Sumber Foto: Pribadi |
Pembangunan memang terus berlanjut di kota ini, terlihat jelas dari pengembangannya yang begitu pesat. Taman-taman indah, taman rekreasi, dan fasilitas modern telah muncul, menjadikan Malang sebagai tujuan wisata yang menarik bagi berbagai kalangan.
Hotel di Batu sebelum berangkat kembali ke Balikpapan. Sumber Foto: Pribadi |
Kota Malang telah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan perkotaan dan pelestarian alamnya yang menakjubkan.
Epilog: Malang dalam Kisah Cinta
Kota Malang, dengan pesonanya yang tak terlupakan, telah membentuk sebagian dari cerita hidup saya. Dan seperti dalam cerita film romantis, saya membayangkan kembali ke sini untuk menciptakan sebuah karya visual yang berkisah tentang ukiran cinta tak terlupakan.
Dengan latar belakang pegunungan yang sejuk, air terjun yang mempesona, dan keramahan penduduknya, Kota Malang adalah setting yang sempurna untuk sebuah cerita cinta yang indah.
Sekarang, ketika saya melihat Kota Malang, saya melihat lebih dari sekadar sebuah kota. Saya melihat sejarah, pertumbuhan, dan potensi yang terus berkembang.
Malang adalah kota yang penuh 'warna', selalu punya pengalaman yang bisa dikenang, dan merupakan tempat di mana sebuah cerita hidup dapat dimulai.
Aku dan Cece Nonny, rekan kerjaku, di Malang, ketika kami mengadakan perjalanan bersama satu kantor pada tahun 2011. Sumber Foto: Pribadi |
0 comments