Membongkar Mitos - Produktivitas dan Nilai Tenaga Kerja di Usia 40 Tahun Ke Atas
Di dunia kerja, usia seringkali dianggap sebagai penentu keberhasilan seseorang. Di Indonesia, terutama, ada kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa produktivitas dan nilai tenaga kerja hanya dimiliki oleh individu di bawah usia 35 tahun.
Ilustrasi. Desain Gambar: Pribadi |
Banyak perusahaan yang mencari calon karyawan 'Fresh Graduated' dengan usia di bawah 24 tahun saja, sementara calon karyawan yang berusia 30 tahun saja sudah dimasukkan sebagai kualifikasi calon karyawan berpengalaman dengan minimal pengalaman yang disertifikasi tiga hingga 5 tahun di bidang yang sama, untuk tingkat manager, biasa maksimal usia bisa hingga 35 tahun.
Sementara itu, orang-orang berusia 35 tahun ke atas sudah mulai susah menemukan lowongan pekerjaan yang sesuai, dan hampir tidak ada sama sekali lowongan pekerjaan yang menerima karyawan dengan rentang usia 40 tahun ke atas. Sedangkan Bunda Corla yang menetap di Jerman, pada usianya yang hampir 50 tahun itu, dia masih bisa bekerja menjadi pelayan di restoran cepat saji Mc Donald.
Di sisi lain, untuk lowongan kerja bagi yang sudah berpengalaman, dalam hal sertifikasi pengalaman kerja pun, harus yang masih fresh, bukan yang sudah 'basi' alias sudah lama dari tahun terakhir bekerja.
Pengalaman pribadi saya sendiri ketika saya bercerai dari papanya anak-anak bertepatan dengan dibukanya kembali lowongan CPNS, saya langsung mencoba melakukan registrasi dan berusaha mencari bidang yang sesuai. Tetapi pas saya mecoba registrasi, secara otomatis muncul tulisan kalau usia saya sudah 35 tahun lewat 10 bulan yang artinya kalau saya sudah tidak diperkenankan untuk mendaftar.
Begitupun ketika beberapa bulan setelahnya saya pergi ke job fair besar yang diadakan oleh disnaker Kota Balikpapan. Tak ada satu pun lowongan yang sesuai dengan klasifikasi diri saya, dalam artian saya sudah kalah dalam hal batas usia.
Sesungguhnya, apakah benar usia menjadi satu-satunya indikator kualitas dan potensi seseorang di tempat kerja? Mari kita bahas bersama.
1. Usia sebagai Penentu Produktivitas: Mitos atau Fakta?
Pertama-tama, penting untuk menyadari bahwa asumsi tentang produktivitas berbasis usia adalah konsepsi yang terbuka untuk dipertanyakan. Di negara-negara seperti Australia dan Amerika, orang-orang di usia 40 tahun ke atas masih diterima dan dihargai di tempat kerja. Mengapa demikian? Bukankah produktivitas dan kemampuan tidak terbatas hanya pada usia muda?
2. Pengalaman Sebagai Harta yang Tak Ternilai
Orang-orang berusia 40 tahun dan bahkan 45 tahun memiliki satu keunggulan besar: pengalaman. Pengalaman ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Mereka telah melalui berbagai situasi di tempat kerja, menghadapi tantangan, dan belajar dari kegagalan serta sukses mereka. Pengalaman inilah yang membentuk mereka menjadi individu yang bijaksana dan terampil dalam menangani berbagai situasi.
3. Kesalahpahaman tentang Sertifikasi
Ada kesalahpahaman umum bahwa sertifikasi adalah penentu utama keahlian dan nilai di tempat kerja. Namun, banyak dari mereka yang berusia di atas 40 tahun mungkin tidak memiliki sertifikasi terbaru.
Oleh karena itulah, dalam hal ini tidak berarti mereka tak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang relevan. Pengalaman panjang mereka seringkali menjadi sumber keahlian yang tidak terdapat dalam buku pelajaran atau pelatihan formal.
4. Kreativitas dan Kemampuan Adaptasi
Orang-orang di usia 40 tahun dan seterusnya juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang telah teruji, tetapi juga kreativitas untuk menemukan solusi-solusi baru.
Mereka mungkin tidak segesit generasi muda dalam mengikuti tren teknologi terbaru, tetapi kemampuan adaptasi mereka adalah nilai tambah yang tak ternilai.
5. Solusi untuk Pekerjaan yang Inklusif
Jadi, apa solusinya? Bagaimana kita bisa memastikan bahwa orang-orang berusia di atas 40 tahun tetap dapat mencari penghasilan dan memberikan kontribusi yang berarti di tempat kerja? Salah satu solusinya adalah menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan menghargai diversitas usia. Perusahaan dapat mempertimbangkan beberapa langkah, seperti:
Program Mentor-Mentee: Membuat program di mana generasi yang lebih muda dapat belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan generasi yang lebih tua, dan sebaliknya.
Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan pelatihan yang relevan dan up-to-date kepada karyawan di segala usia untuk memperbarui dan meningkatkan keterampilan mereka.
Fleksibilitas Kerja: Memberikan fleksibilitas dalam jadwal kerja dan cara kerja untuk mengakomodasi kebutuhan individu di berbagai tahap kehidupan.
Usia Bukanlah Hambatan, Melainkan Aset
Pada akhirnya, penting untuk memahami bahwa produktivitas dan nilai seorang karyawan tidak bergantung pada usia mereka. Usia hanya merupakan satu faktor dari banyak yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil di tempat kerja.
Orang-orang di usia 40 tahun dan seterusnya memiliki banyak kontribusi berharga untuk diberikan, dan perusahaan yang cerdas akan mengakui dan menghargai hal ini. Jadi, mari kita buang jauh-jauh mitos tentang produktivitas berbasis usia, dan bukalah pintu bagi inklusivitas dan apresiasi terhadap semua individu, tanpa memandang usia mereka.
Buat kalian yang usia muda tapi juga susah dapat kerjaan, coba deh intip tips melamar kerja ala shinbi house ini.
0 comments