Menjadi Driver tidak semenakutkan itu kok.
Aku dan si bungsu. (Foto Pribadi) |
Ini pendapatku sekarang, setelah aku merasa baik-baik saja dengan menyetir mobil sendiri.
Sebelumnya aku juga merasa banyak kekhawatiran dan lain sebagainya, sehingga walaupun ada mobil menganggur di carport rumah berhari-hari pun, aku merasa belum perlu menyetir mobil sendiri. Aku tetap memilih untuk berpergian bersama anak-anakku menggunakan taksi online.
Sampai pada suatu hari, salah seorang teman yang banyak berkontribusi dalam kegiatan komunitas yang aku dan teman-temanku jalankan, meninggal dunia. Saat itu aku ingin pergi mengantarkan kepergiannya, sedangkan pemakamannya dilakukan di kilometer 15 dari kota.
Syukurlah salah seorang teman yang kebetulan saat itu mobilnya sedang ngadat, bersedia mampir ke rumahku dan menyetir mobilku, sekalian mengangkut aku dan kawan-kawanku pergi ke tempat pemakaman.
Tapi kemudian aku berpikir, buat apa sih aku punya mobil kalau nggak bisa bawa sendiri?
Sebenarnya sih aku sudah pernah kursus mengemudi sekitar satu sampai dua tahun yang lalu, bahkan aku mengambil paket komplit sekitar 15 kali pertemuaan, plus tambahan waktu dan pembuatan SIM, jadi bayarnya plus-pluslah.
Sekitar 4 pertemuan terakhir, aku juga request menggunakan mobil sendiri agar bisa menguasai mobil pribadi.
Sayangnya coach-nya bukan real coach melainkan driver doang, jadi dia mengondisikan kami yang baru ini bukan sebagai pemula, melainkan calon driver, dimana kami disuruh peduli dengan klakson mobil lain, kemudian sekedar memberi tahu teknis menyetir dan fungsi fitur-fitur yang dimiliki oleh mobil, tanpa menjelaskan proporsi mobil, kondisi di jalan raya, dan sebagainya.
Aku yang menyetir ini dibuat kalang kabut oleh pengajar yang menganggap mentalku ini sudah sama dengan dia. Kalau ada yang klakson, malah dia yang panik.
Nah, berhubung aku belum mengenal lembaga lain (baru satu lembaga itu yang aku tahu), jadi aku berpikir kalau semua lembaga kursus itu sama sistemnya.
Akhirnya selesai kursus, aku masih belum mahir kuasai setir, belum paham proporsi mobilku, sehingga aku seperti punya SIM bodong, karena walau sudah punya SIM, tapi aku masih belum berani untuk turun ke jalan sendiri buat menyetir.
Aku merasa belum kompetenlah, sehingga aku nggak berani mengambil resiko untuk membahayakan orang-orang di sekitarku. Walau kedua orang tuaku selalu memanas-manasiku, memaksaku untuk menyetir, mengolok-ngolokku karena sudah ngambil kursus lama tapi nggak berani juga, dan sebagainya.
Padahal papaku sendiri tidak mempercayakanku untuk menyetir mobil ketika aku membawanya. Terlihat dari tampangnya dan badannya yang tegang ketika aku memintanya untuk menemani memperlancar bawa kendaraan. Tapi kenapa memaksaku membawa kendaraan sendiri? Wkwkk ...
Sampai pada satu titik aku merasa harus coba belajar menyetir kembali di lembaga lain. Kalau tidak salah biayanya 880rb untuk 8 jam pertemuan dimana per-pertemuannya itu selama 2 jam, jadi 880rb itu hanya untuk 4 pertemuan.
Awalnya sih aku sempat ketar-ketir karena seusai kursus yang kedua kalinya ini, pasti rongrongan dari kedua orang tua semakin keras, memaksaku untuk menyetir sendiri. Tapi setelah selesai aku menjalankan kursus mobil di tempat tersebut, nyaliku malah mulai ada, mungkin juga karena aku merasa sudah lebih bisa menguasai setir dan mobilku.
Pertama-tama aku menggunakan mobil hanya sekedar mengantar jemput anak-anak dan ponakkan-ponakkanku di sekolah, kemudian mengantar si sulung mengikuti kelas Inggris di perpustakaan, ke acara komunitas di rumah dinas wawali Balikpapan (di Klandasan atas), pergi ke Transmart untuk belanja snack (karena dapat voucher belanja di sana), sampai akhirnya ke mall pertama kalinya yaitu ke Living Plaza, setelahnya bolak-balik pelatihan di BLKI Sepinggan (Pasar Sepinggan), barulah mencoba ke Plaza Balikpapan, Balikpapan Superblock dan Mall BOS.
Semakin sering membawa kendaraan, aku semakin Percaya Diri. Padahal pernah sekali waktu juga mengalami insiden, yaitu ketika aku sedang terburu-buru untuk pergi pelatihan di BLKI, seorang pemotor ibu-ibu menyelip di antara mobil orang dan mobilku, sehingga aku lalai melihat dia.
Ban mobilku bocor karena motornya nyelip di bawah mobilku. Syukur ibunya nggak kenapa-napa.
Alhamdulillah berjumpa dengan polisi-polisi baik yang membantuku mengganti ban mobilku. Aku sampai nangis-nangis sepanjang jalan menuju BLKI, antara merasa terharu sama lega saja.
Tapi berhubung aku merasa bahwa sepanjang perjalanan aku sudah selalu berhati-hati, hal tersebut tidak membuatku trauma untuk tetap menyetir, ya paling sekedar parno terhadap pemotor. Apalagi kalau sudah mereka nyelip dari sebelah kiri mobilku, heheheeee, tetap ada perasaan was-was sih, alhamdulillah malah jadi lebih mawas juga.
Kenapa sih kamu belum berani menyetir?
Sewaktu aku sudah mulai membuat video-video menyetirku di jalan (aku standby kamera pakai HP Stand, jadi kubiarkan saja merekam sepanjang jalan seperti dashcam gitu), salah seorang kerabatku bertanya soal kursus mobilku di Balikpapan tersebut.
Dia juga mengaku sebagai orang yang panikan, jadi dia nggak yakin bakal bisa tenang berkendara di jalan raya, sehingga aku pun mengatakan pada dia kalau aku juga sama seperti dia dan aku merasa nggak yakin bisa sebelum aku ternyata bisa.
So Guys, jadi di sini aku ingin membahas mengenai beberapa kemungkinan yang sebenarnya membuat kamu masih belum juga berani untuk menyetir kendaraan.
- Kamu tidak percaya diri
- Kamu belum menguasai teknik menyetir
- Kamu tidak kuasai armada yang kamu bawa
Menurutku hanya tiga kemungkinan itu saja yang membuatmu masih belum berani menyetir kendaraan juga sampai sekarang, karena ketiganya sudah pernah aku alami, tapi yang terpenting adalah menguasai teknik menyetir dan menguasai kendaraan yang kamu bawa, maka otomatis kamu pasti percaya diri untuk menyetir sendiri.
Mengenai klakson dari mobil belakang, tak perlu terlalu kamu pedulikan selama kamu sudah berada di jalur yang benar dan posisi yang aman. Mereka itu hanya sebagian orang yang tidak sabaran yang berharap bisa terbang mendahului.
Padahal kalau macet, lu klakson pakai klakson 'om telolet om' pun tetap saja nggak bisa maju.
Tenang saja, setiap pengendara selalu menjaga keamanan di depannya kok, kecuali kamu butuh pindah jalur, mau belok, dan sebagainya, barulah melihat spion untuk memastikan aman. Jadi nggak perlu sering-sering lihat spion juga yaaa, Guys!
Ambil Kursus Singkat Saja!
Kesalahan pemula biasanya langsung antusias mengambil kursus 'sampai mahir' di satu lembaga, apalagi cuma karena tergiur dengan harga murah dan promo-promo alias testimoninya di sosial media saja.
Yang dimaksud kursus sampai mahir adalah kursus menyetir langsung dengan banyak pertemuan.
Padahal yang harus dilakukan adalah ambil saja dahulu kursus pemula, jangan menghabiskan banyak uang untuk satu lembaga dulu karena pengalaman saya dan ibu-ibu driver pemula lainnya, setelah 2 sampai 3 lembaga barulah berani turun ke jalan sendiri.
Hal itu karena kita belum menemukan lembaga mengemudi yang bagus dan kompeten.
Jadi kalau memang lembaga itu lembaga yang sangat kompeten dalam memilih coach, walau cuma 4 pertemuan seperti aku tadi, langsung bisa menguasai teknik menyetir maupun medan jalan kok. Setelahnya ya tinggal jam terbangnya saja lagi.
Namun kalau pengajarnya tidak kompeten, biar ambil 20 kali pertemuan pun, kamu tidak akan bisa dan tidak akan pernah percaya diri untuk menyetir mobil sendiri.
Pokoknya kamu bisa menyetir saja dulu, masalah SIM A, itu bisa belakangan diurus. Mudah saja kok diurus, yang penting pastikan dirimu sudah kuasai teknik menyetir, armadamu, serta medan jalan.
Nah, yang terakhir ini penting juga ya, Guys, agar tidak ragu-ragu ketika berkendara, yaitu kuasai medan jalan serta rambu-rambu lalu lintasnya.
Aku yang biasa disupirin ini, ketika pertama kali nyupir sendiri, masih samar-samar soal jalan (walaupun aku lahir dan besar di Kota Balikpapan ini). Aku itu buta jalan sama sekali.
Tapi aku mengakalinya dengan cara melihat gmaps terlebih dahulu sebelum mulai meluncur ke tempat tujuan.
Aku melihat gmaps mulai dari lokasi tempat tujuan, jalan menuju ke sana, jalurnya, sampai dengan rambu-rambu lalu lintasnya (dimana ada putaran balik, dimana ada lampu lalin, dan sebagainya).
Kebetulan mobilku juga mobil matic yang tinggal rem dan gas, nggak main kopling-koplingan, nggak takut kalau harus berhenti di tanjakan sebelum mulai jalan kembali, mau mundur nggak perlu lihat spion tengah lagi yang jarak pandangnya terbatas, karena layar sudah langsung menampilkan kondisi belakang mobil dengan garis-garis amannya (bahkan sudah ada mobil yang menampilkan posisi keseluruhan mobil, pakai gps, seperti Veloz dan New Xenia), dan sebagainya.
Jaman now jamannya matic, so don't worry be happy. Cuma saranku buat kamu yang panikan, kalau parkir mobil di parkiran atas mall, cari posisi aman yang tengah-tengah saja yaa?
So Guys, apa masih ada alasan lainnya untuk tidak menyetir mobil sendiri? Apa tunggu terpaksa dulu kayak aku? Papaku sudah tua dan aku seorang single mom. Mendingan sedia payung sebelum hujan.